Biografi
Pagi itu saya dan teman-teman sudah bersiap menuju lokasi demo. Saya dan teman-teman hari itu akan menghadiri demo di kota ini, untuk yang ketiga kalinya. Permohonan para penjuang pendidkan, mencari keadilan. menuntut hak-hak yang dianggap bukan hak lagi. Tiba-tiba kepala sekolah menyuruh saya dan teman-teman untuk masuk ke ruang majelis guru.
Sebelumnya saya dan teman-teman sudah menduga akan ada larangan, untuk pergi demo. “ Ibu-ibu, percuma pergi, tidak akan dikabulkan permintaan ibu itu,” ujar kepala sekolah saat pertemuan dengan pengawas sekolah. Saya mengancungkan tangan, dan berkata “ Pak. Bagaimana mungkin kami tidak ikut pergi demo, sementara teman-teman kami berjuang. Saat itu suara saya bergetar, tak sanggup rasanya untuk mengatakan kalimat itu, Dalam hati saya bergumam, “anarkis sekali bapak ini ,”.
Pertemuan mendadak yang singkat itu tidak mengoyahkan tekad teman-teman .Mereka tetap berangkat menuju ke lokasi demo. Aku saat itu tidak ada jadwal mengawas. Hati ini berkata “Saya tidak akan tinggal diam di sekolah ini, “
Pagi itu, group whatshap sekolah diramaikan oleh komentar peristiwa demo pejuang pendidik. Aku membalas komentar seorang guru yang tidak pernah ikut dalam demo itu. Perang di dunia mayapun terjadi. Kata demi kata menghujam hati ini. Cacian dan makian yang aku terima darinya seolah-olah dia bukan penikmat hasil demo yang diperjuangan para pendidik di negeri ini. Saya mengalah tidak membalasanya, apa bedanya saya dengan dirinya, jika saya membalas cacian dan makiannya. Saya berdoa kepada ALLAH SWT, semoga dibuakakan pintu maaf untuknya